Minggu, 29 Oktober 2017

SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI AGAMA

1.      Ayat al-Qur’an

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah “ Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka  sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya, sesungguhnya dialah yang maha pengampun lagi maha penyayang. ( QS az-Zumar 53)

2.      Asbabun Nuzul

Asbabun Nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan kaum musyrikin Mekkah yang keterlaluan melakukan maksiat. Ayat ini memperingatkan mereka untuk tidak putus harapan mencari ampunan Allah. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang shahih yang bersumber dari Ibnu Abbas.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Ibnu Umar berkata: “ Pernah kami menganggap bahwa taubat seseorang yang menyeleweng dari agama Islam, Bahkan meninggalkannya dengan penuh kesadaran tidak akan diterima”. Ketika Rasulullah tiba ke Madinah (Hijrah dari Mekkah), turunlah ayat ini ( az-Zumar 53), yang menegaskan bahwa Allah akan mengampuni dosanya walaupun telah melampaui batas.
Dalam riwayat lain yaitu dari al-Hakim dan al-Thabarani yang bersumber dari Ibnu Umar. Dikemukan bahwa Rasulullah mengirim utusan kepada Wahsyi (Pembunuh Hamzah) agar dia masuk Islam, Kemudian Wahsyi menjawab: Bagaimana mungkin kau mengajaku masuk Islam padahal engkau menganggap bahwa orang yang membunuh, zina dan syirik, akan mendapat siksa bahkan dilipat gandakan siksaaanya pada hari kiamat serta abadi didalamnya dan terhina. Aku adalah seseorang yang seperti itu, Apakah ada pengecualian bagiku? Aku masih ragu apakah aku termasuk orang yang dikehendaki Allah untuk diampuni?. Maka Allah menurunkan ayat ini (az-Zumar 53) yang melarang berputus asa dari rahmat Allah. Stelah turunnya ayat ini Wahsyi berkata: “Inilah yang aku harapkan”. Kemudian ia masuk Islam.

3.      Konteks Sosial
Kondisi sosial bangsa Arab pra Islam merupakan jaman jahiliyyah (masa kebodohan), dinamakan demikian karena memang keadaan Arab pada saat itu benar-benar dalam kondisi kesesatan yang nyata, jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Kesesatan yang dialami bangsa Arab dapat dilihat dalam berbagai bidang diantaranya adalah:
1)      Bidang Agama
Sebelum masuknya agama Islam bangsa Arab tidak mengenal agama tauhid dengan menyembah Allah, mereka pada umumnya menyembah Berhala, Matahari, Api,Air dan Pepohononan. Penyembahan yang mereka lakukan merupakan perbuatan syirik yang pada hakikatnya telah merendahkan dirinya sendiri sebagai makhluk yang dimuliakan oleh Allah. Dari kemusyrikan inilah yang berdampak pada buruknya moral dengan timbulnya perbudakan dan penindasan hak asasi manusia.
2)      Bidang Ekonomi
Sebagaimana letak geografis bangsa Arab yang merupakan daerah yang tandus dan gersang, keadaan ini menimbulkan lemahnya perekonomian. Sehingga mata pencaharian mereka adalah beternak. Selain itu dalam bidang perdagangan lebih didominasi oleh kaum bangsawan, sehingga dengan hal tersebut menimbulkan kesenjangan dan kesesatan dalam bidang ekonomi yang mengakibatkan adanya gap antara kaum kaya dan kaum tertindas, sehingga dengan kondisi seperti itu praktek menghalalkan segala cara mengakar kuat, seperti mencuri, menipu, memeras, merampok, berjudi dan lain sebagainya.
3)      Bidang Sosial dan Moral
Bangsa Arab terkenal dengan karakter pemberani, memiliki ketahanan fisik yang kuat, daya ingatan yang kuat, dan kesadaran akan harga diri martabat terhadap  suku dan pemimpinnya. Akan tetapi mereka juga mimilki keboborokan sosial dan moral yaitu sikap diskriminatif (membedakan) antara ras, suku, bahasa, warna kulit, jenis kelamin dan status sosial. Mereka menganggap kaum wanita sebagai binatang piaraan yang senantiasa bisa dinikmati, dan terkadang pula bayi wanita dibunuh dan dikubur hidup-hidup karena merupakan suatu aib bagi mereka. Sistem perbudakaan juga merupakan identitas dari bangsa Arab yang diberlakukan secara tidak manusiawi bahkan majikannya bisa dijadikan sebagai tolok ukur hidup dan mati pada sistem perbudakaan yang berkembang pada saat itu. Kejahatan, kedzaliman, kekejaman dan tahayul senantiasa menjadi rutinitas mereka sehari-hari.
4)      Bidang Politik
Dalam bidang politik dibuktikan dengan sikap penguasa yang diktator, otoriter, dzalim dan korup. Sehingga membuat rakyat yang hidup dibawah kepemimpinan mereka merasa tercekik dan tertutupnya hak yang mereka miliki, sehingga mengakibatkan perpecahan antar suku dan fanatisme yang berlebihan. Mereka juga tidak segan-segan turun ke medan perang untuk membela kehormatan sukunya, sekalipun harus terjadi pertempuran darah.
5)      Bidang Ilmu dan Budaya
Perkembangan ilmu dan kebudayaan bangsa Arab memang sangat kuat, tidak dapat dipungkiri banhwa bangsa Arab merupakan bangsa yang terkenal mahir bidang bahasa dan syi’ir. Akan tetapi kemajuan mereka dalam bidang bahasa dan sya’ir hanya digunakan sebagai bentuk semangat kesukuan, banyak dari mereka membanggakan para pujangga-pujangga syair untuk membanggakan suku. Sehingga ilmu pengetahuan yang seharusnya dapat dimiliki bersama menjadi suatu hal yang istimewa dan hak prerogatif laum elit. Ilmu pengetahuan tidak boleh dimiliki oleh kaum-kaum tertidas dan rakyat jelata sehingga mereka terus menderita dengan kedobohan dan ketidaktahuan.
4.      Asosiatif dan Disasosiatif
1)      Asosiatif
a.       Koorporasi
Hubungan positif yang terjadi dalam masyarakat salah satunya adalah bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Peradaban yang terjadi bangsa Arab salah satunya adalah semangat kesukuan dengan saling bahu membahu, gotong royong membantu anggota sukunya untuk mendapatkan cita-cita yang mereka inginkan.
b.      Akomodasi
Meskipun fanatisme kesukuan bangsa Arab terkenal sangat loyal, bukan berarti didalamnya tidak ada pertentangan, salah satu bentuk upaya mengatasi pertentangan dikalangan bangsa Arab adalah dengan adanya pemimpin suku, karena dengan hal itu akan meminimalisir apabila terjadi pertentangan. Seperti contoh ketika adanya perselisihan antar anggota suku maka kepala sukulah yang akan membantu untuk meredakan kasus tersebut karena kepala suku memiliki otoritas tertingggi dan berhak memberikan keputusan kepada kedua belah pihak.
c.       Asimilasi
Melihat konteks sosial yang terjadi pada bangsa Arab bahwa problem terbesar yang mengakibatkan adanya berbagai macam pertentangan dan perbedaan adalah fanatisme kesukuan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya seorang khalifah pemimpin yang dapat memberikan tuntunan dan ajaran dalam berkehidupan yang sejahtera dan hal iru mulai terwujud setelah datang Nabi Muhammad dan syariah Islamiyyah.
2)      Disasosiatif
a.       Kompetisi
Bangsa Arab merupakan salah satu bangsa yang sangat kuat terhadap sastra bahasa dan sya’ir, sehingga mereka berlomba-lomba dan bersaing untuk menjadi yang terbaik sampai-sampai terdapat pasar syair dimana disitulah mereka semua berkompetisi memamerkan karyanya untuk menjadi yang terbaik.
b.      Kontravensi
Bentuk persaingan, pertentangan ataupun pertikaian memang suatu hal yang tidak dapat dihindari pada kehidupan masyarakat Arab. Hal dapat dibuktikan dari banyak pertumpahan darah pada bangsa Arab untuk membela suku-suku mereka, penindasan terhadap perempuan dan lain sebagainya, dengan pola kehidupan seperti itu dapat diminimalisir dengan adanya ajaran Islam yang dapat mengjarkan nilai-nilai moralitas dan kemanusiaan.
5.      Stratifikasi dan Diferensiasi
Berdasarkan konteks sosial yang berkembang di bangsa Arab bahwa pengelompokan dan pembedaan kelas dalam masyarakat sudah terjadi pada masa itu. Diantara bentuk stratifikasi dan diferensiasi sosial adalah :
a.       Stratifikasi sosial
1). Perbudakan
Perbudakan adalah budaya yang melekat kuat pada bangasa Arab hingga menjadi salah satu kegiatan perekonomian dengan cara jual beli budak, perbudakan merupakan salah satu bentuk stratifikasi sosial karena adanya ranking ketidaksetraan antar manusia (majikan dan budak).
2). Feodalisme
Merupakan sistem lapisan kelompok masyarakat yang terjadi kesenjangan antara hak dari beberapa kelas kaum lapisan masyarakat, contoh kaum bangsawan memiliki hak yang lebih tinggi dibandingkan dengan rakyat jelata.
b.      Diferensiasi Sosial
1). Perbedaan antar suku bahwa suku Quraisy dan Bani Hasyim merupakan suku yang tertinggi dan paling dihormati dikalangan bangsa Arab.
2). Perbedaan kemampuan intelektul yang mengakibatkan adanya kelas antara kaum bangsawan dan rakyat jelata yang berimplikasi pada ilmu pengetahuan yang tidak merata.
3). Perbedaan antara kaum laki-laki dan wanita yang mengakibatkan adanya diskriminasi gender.
4). Perbedaan antara kaum kaya dan miskin yang mengakibatkan adanya kesenjangan ekonomi.
6. Analisis
Berdasarkan realita kehidupan konteks sosial bangsa Arab secara syari’at telah menyalahi aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT, akan tetapi Allah telah memberikan petunjuk melalui utusannya ( Nabi Muhammad SAW) dan al-Qur’an. Bahwa hakikatnya manusia adalah sama disisi Allah SWT yang membedakan hanyalah amal perbuatan kita. Al-Qur’an surah az-Zumar 53 Allah menegaskan bahwa seburuk apapun perbuatan yang dilakukan oleh hambanya selama dia meyakini bahwa Allah adalah Tuhan yang wajib disembah, dan mereka tidak pernah putus asa untuk meminta ampunan kepadanya. Niscaya Allah akan memberikan rahmat kepadanya atas kesungguhan yang mereka lakukan, dengan ampunan atas segala dosa yang pernah mereka perbuat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar