Minggu, 29 Oktober 2017

Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr dalam Al-Qur’an

Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr dalam Al-Qur’an
Makalah Ini Kami Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ma’anil Qur’an
Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag.

Disusun Oleh  :
Fadlil Ahmad Ismail   15530038
Dwi Khalimas Segar   15530066
Muhammad Munif      15530076
Inayatul Ulya              15530090

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
 TAHUN 2017


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayahnya, sehinnga kami dapat menyelesaikan makah ini dengan tuntas
Sholawat dan salam tetap tercurahkan kepada pahlawan revolusioner kita yang telah mnunjukkan kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni Islam.
Beribu terimakasih kami ucapkan kepada yang terhormat Bpk. Muhammad Chirzin, yang telah memberi kesempatan kepada kemi untuk mengkaji makalah ini lebuh dalam, tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada tema-teman yang telah menginspirasi pemakalah dalam menyusun tugas,
Semoga tugas ini membawa berkah dan manfaat Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 25 Februari 2017

Penulis







DAFTAR ISI
Kata Pengantar                                                                                              i
Daftar Isi                                                                                                       ii
Bab I : Pendahuluan                                                                                      1
A.    Latar Belakang                                                                                  1
B.     Rumusan Masalah                                                                             1
C.     Tujuan Penulisan                                                                               1
BAB II : Pembahasan                                                                                   2
A.    Pengertian  Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr dan Derivasinya dalam Al-Qur’an           4
B.     Makna contoh Relasional Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr dalam al-Qur’an..............................................................................................5
BAB III : Penutup                                                                                        15
A.    Kesimpulan                                                                                       15
B.     Saran                                                                                                 15
Daftar Pustaka                                                                                              16


BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mu’jizat yang diturunkan kepada “pungkasan” para nabi dan rosul melalui perantara malaikat Jibril yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir dengan diawali surah al-Fatihah dan diakhiri surah an-Nas[1]. Kemukjizatan al-Qur’an salah satunya terdapat pada keindahan bahasanya, sehingga tidak ada satu orangpun yang dapat menandingi hal tersebut.
Kekayaan bahasa dan makna al-Qur’an menjadi salah satu titik fokus untuk ditafsirkan agar dapat dipahami, hal ini karena al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat muhkam, mutasyabbih, mutlaq, muqayyad dan lain sebagainya.
Diantara kosakata dalam al-Qur’an adalah  Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr kosakata tersebut sering sekali kita jumpai didalam al-Qur’an akan tetapi masih banyak diantara kita yang masih minim pengetahuan terhadap kosakata tersebut, oleh karena itu pada makalah ini penulis akan mencoba memaparkan beberapa kosakata tersebut yang terdapat pada al-Qur’an.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kosakata Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr ?
2.      Bagaimana relasional Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr dalam al-Qur’an ?



BAB II
Pembahasan
A.    Amr
1.      Pengertian Amr
Amr  امرberarti suatu urusan, jamaknya امور   dan mashdarnya امرا, Jika dimaksudkan untuk menginstruksikan jenis suatu perintah, amr merupakan lafadz umum bagi pekerjaan dan perkataan. [2]
Dalam kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim  kata amr disebutkan sejumlah 18. Dengan rincian QS. Hud : 123, Ali Imron : 154, QS. Al-Baqarah ; 275, Al-A’raf : 54, QS. Fusshilat : 12, QS. An-Nahl : 40, QS. Al-Qamar : 50, QS. Al-Baqarah : 228, QS. Shaaffat : 102, QS. Hud : 97. QS. An-Nahl : 1, QS. Yusuf : 18 dan 83, QS. Al-Isra’ : 16, QS. Al-An’am : 123, QS. Al-Qashash : 20, QS. Al-Kahfi : 71, QS. An-Nisa’ : 59
2.      Contoh relasi kosakata Amr dalam al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, lafadz amr dengan berbagai macam derivasinya, rinciannya kurang lebih sebagai berikut [3] :
a.       Amr bermakna penciptaan suatu perintah
3 Ÿwr& ã&s! ß,ù=sƒø:$# âöDF{$#ur ÇÎÍÈ                                                                
Artinya :
Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-A’raf : 54)
b.      Amr bermakna perintah secara cepat
$yJ¯RÎ) $uZä9öqs% >äóÓy´Ï9 !#sŒÎ) çm»tR÷Šur& br& tAqà)¯R ¼çms9 `ä. ãbqä3uŠsù ÇÍÉÈ
Sesungguhnya Perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.. (QS. An-Nahl : 40)
!$tBur !$tRãøBr& žwÎ) ×oyÏmºur £xôJn=x. ÎŽ|Çt7ø9$$Î/ ÇÎÉÈ  
Artimya :
“Dan perintah Kami hanyalah satu Perkataan seperti kejapan mata.” (QS. Al-Qamar : 50)
Dua ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT telah mewujudkan sesuatu lebih cepat dari apa yang kita pikirkan (melakukan sesuatu dengan bergegas).
c.       Amr sebagai pembawa informasi
štRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ̍øBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÎÈ  
Artinya :
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85)
d.      Amr juga menunjukkan sesuatu, seperti lafadz افعل- يفعل atau juga seperti khabar
àM»s)¯=sÜßJø9$#ur šÆóÁ­/uŽtItƒ £`ÎgÅ¡àÿRr'Î/ spsW»n=rO &äÿrãè%  ÇËËÑÈ  
Artimya :
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'.” (QS. Al-Baqarah : 228)
e.       Amr sebagai suatu isyarat
$¬Hs>sù x÷n=t/ çmyètB zÓ÷ë¡¡9$# tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ þÎoTÎ) 3ur& Îû ÏQ$uZyJø9$# þÎoTr& y7çtr2øŒr& öÝàR$$sù #sŒ$tB 2ts? 4 tA$s% ÏMt/r'¯»tƒ ö@yèøù$# $tB ãtB÷sè? ( þÎTßÉftFy bÎ) uä!$x© ª!$# z`ÏB tûïÎŽÉ9»¢Á9$# ÇÊÉËÈ  
Artinnya :
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku Termasuk orang-orang yang sabar". (QS. Ashaaffat : 102)

râä!%y`ur 4n?tã ¾ÏmÅÁŠÏJs% 5QyÎ/ 5>Éx. 4 tA$s% ö@t/ ôMs9§qy öNä3s9 öNä3Ý¡àÿRr& #\øBr& ( ׎ö9|Ásù ×@ŠÏHsd ( ª!$#ur ãb$yètGó¡ßJø9$# 4n?tã $tB tbqàÿÅÁs? ÇÊÑÈ  
Artinya :
Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya'qub berkata: "Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; Maka kesabaran yang baik Itulah (kesabaranku[746]). dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." (QS. Yusuf : 18)

B.      ‘Amal
1.      Pengertian ‘Amal
‘Amal dalam bahasa arab memiliki makna perbuatan atau pekerjaan, kata amal serupa dengan fi’il.[4] Sedangkan dalam kitab Mu’jam Mufahras li Afadhil Qur’an, amal adalah segala prilaku yang dilakukan makhluk hidup yang disertai dengan suatu maksud. Amal sendiri mengandung dua kualitas yaitu baik dan buruk.[5]
2.      Kosakata Amal dalam Al-Qur’an.
Dalam al-Qur’an kata ‘Amal dengan berbagai macam derivasinya disebutkan sebanyak 355 kali.[6] Adapun rinciannya sebagai berikut :
a.       Kata (( عمل sebanyak 19 kali, (2:62), (5:69), (6:54), (16:97), (
b.      18:88),(19:60),(20:85),(20:82),(25:70),(25:71),(28:67),(28:80),(30:34),(34:37),(40:40),(40:40),(41:43),(41:46),(45:15).
c.       Kata عمل dengan dhamir, terdapat sebanyak 90 kali.
d.      Fi’il madhi yang disandingkan dengan dhamir atau tidak, dan juga yang fa’il mufrod ataupun jamak berjumlah 99, seperti dalam dan al-Maidah ayat 69.
e.       Fi’il mudhori’ baik yang disandingkan dengan dhomir atau tidak dan yang berfa’il mufrod maupun jamak berjumlah 165. Seperti dalam surah Yunus 10, al-Mukminun ayat 100.
f.       Fi’il Amr baik yang failnya mufrod ataupun jamak sebanyak 11 kali, seperti yang terdapat dalam surah Saba’ 11 dan Fushilat 5.
g.      Masdar baik yang berbentuk mufrod ataupun jamak dan yang disandingkan dhomir atau tidak sebanyak 71, seperti yang terdapat pada surah al-Imran 195, dan al-Maidah 90.
h.      Isim Fa’il baik yang mufrod ataupun jamak dan juga baik muannas atupun mudzakar berjumlah 9. Sebagaimana yang terdapat pada surah ali-Imran 125.[7]
3.      Contoh Relasional kosakata Amal dalam al-Qur’an
1)      Amal Bermakna Perbuatan Baik
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَىٰ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
.Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ( QS al-Baqarah 62)

2)      Amal bermakna Perbuatan Buruk
Terdapat pada surah al-Maidah ayat 90 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. ( QS al-Maidah 90)
C.     Baghy
1.      Pengertian Baghy
Pengertian Baghy didalam kamus al-Munawwir memiliki berbagai macam pengertian, karena redaksi baghy memiliki beberapa bentuk diantaranya    بغى – (fi’il madhi’) (fi’il mudhori’)  يبغى’, sedangkan dalam bentuk jamak الباغي. Didalam kamus al- Munawwir kata ini memiliki makna mencari, menuntut, berbuat dholim, melampaui batas, dholim.
Dalam kitab Mu’jam Mufrodat Afadil Al-Qur’an, kata Baghy memiliki makna yang senada dengan kamus Al-Munawwir yaitu menuntut sesuatu diluar kadar yang semestinya atau berlebihan. Baghy ada dua macam, pertama, berkonotasi baik (Mahmud), seperti melebihi batas adil sehingga kepada ihsan, melebihi fardhu sehingga menjadi sunnah, kedua berkonotasi tidak baik ( Madzmum), seperti melebihi batas haq kepada yang batil atau kepada subhad, akan tetapi kata Baghy lebih banyak berkonotasi Madzmum dari pada Mahmud.[8]
2.      Contoh Relasi Baghy di dalam al-Qur’an
Dalam al-Qur’an sering kita jumpai ayat yang terdapat kosakata Baghy diantara contoh yang terdapat didalam al-Qur’an adalah sebagai berikut :
a.       Baghy berkonotasi tidak baik ( Madzmumah)
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. ( QS Ali-Imran 85)
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ۖ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. ( al-Baqarah 173)
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. ( surah An-Nahl 90).
b.      Baghy berkonotasi baik ( Mahmud)
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلًا مَيْسُورًا
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas ( QS al-Isra’:28)
إِلَّا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْأَعْلَىٰ
tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi.( QS al-Lail 20)
D.    Bait
1)      Pengertian Bait
Kata Bait didalam kamus al-Munawwir memiilki berbagai macam makna yaitu : makam, keluarga, ka’bah, gedung istana, rumah, tempat tinggal.[9] Sedangkan pengertian bait dalam Mu’jam Mufrodat li Afadhil Qur’an, memilki makna dasar tempat berlindungannya manusia dari siang dan malam hari.[10]
2)      Kosakata Bait dalam al-Qur’an
Didalam al-Qur’an terdapat kata Bait dengan berbagai macam derivasinya baik dalam bentuk (Madhi, Mudhori, dan Amr), maupun Isim Masdar dengan disebut sebanyak 71 kali, dengan rincian sebagai berikut :
Kata Bait dalam bentuk mufrod disebutkan sebanyak 30 kali. Seperti yang terdapat pada surah at-Tahrim 11, sedangkan dalam bentuk jamak “buyut” disebutkan sebanyak 37 kali, seperti dalam surah at-talaq 1. Sedangkan dengan kata “bayatan” disebutkan sebanyak 3 kali, yaitu surah al-A’raf 4,97. Yunus 50, kata “ Yabitunna” disebutkan sebanyak 1 kali surah al-Furqan 64, kata “Bayyata” sebanyak 1 kali, yaitu an-Nisa’ 81. Kata “Yubayyitu” 2 kali surah an-Nisa’ 81 dan 108[11].
3)      Contoh relasional Bait dalam al-Qur’an
a.       Contoh Bait yang bermakna Ka’bah
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى ۖ وَعَهِدْنَا إِلَىٰ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud".
b.      Contoh Bait yang bermakna Ahli Bait
وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِنْ قَبْلُ فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ نَاصِحُونَ
Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui(nya) sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: "Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik kepadanya?".
c.       Contoh Bait yang bermakna tempat tinggal
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya
E.     Birr
1)      Pengertian Birr
kata البر  dalam kamus bahasa arab dimaknai dengan berbakti. البر  sendiri merupakan bentuk masdar. Dalam kitab Al Mu’jam sendiri disebutkan mengenai beberapa konteks makna mengenai lafadz بر-  يبر-برا  seperti bermakna jujur dalam perkataan, pelaksanaan sumpah, hati, nama buah, taat, banyak berbicara, dan lain sebagainya sesuai dengan bentuk kosakata dan konteks kalimatnya. Al Quran sendiri juga menyebutkan kosakata البر  sebanyak 20   kali mulai dari bentuk fi’il atau masdar.[12]
2)      Kosakata Birr dalam al-Qur’an.
Di dalam Al Quran telah disebutkan kosakata البر  dengan berbagai macam variasi bentuk katanya serta konteks maknanya, diantaranya:                 
Penyebutan kata البر  dengan bentuk dasarnya berupa fi’il mudlori’, seperti dalam Q.S Al Mumtahanah 8:
 لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ –
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah Mencintai orang- orang yang berlaku adil”.

Dalam ayat ini makna أَن تَبَرُّوهُمْ  sebagai bentukan fi’il mudlori’ dari البر  memiliki makna mengerjakan kebajikan.
Penyebutan kosakata البر  sebagai bentuk masdarnya dengan mengkasroh ba’nya, seperti dalam Q.S Al Baqarah 177
لَّيْسَ الْبِرَّ أَن تُوَلُّواْ وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَـكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَالْمَلآئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّآئِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُواْ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاء والضَّرَّاء وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَـئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ -١٧٧
Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa”. Dalam ayat ini, makna kosakata الْبِرَّ sebagai bentuk masdar bermakna kebaikan/kebajikan.

Penyebutan kosakata البر  sebagai bentuk masdar dengan memfathah ba’nya seperti dalam Q.S Al An’am 59:
وَعِندَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لاَ يَعْلَمُهَا إِلاَّ هُوَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
Dan kunci-kunci semua yang gaib ada pada-Nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia Mengetahui apa yang ada di darat dan di laut

 Dalam ayat ini الْبَرِّ  dengan bentuk fathah ba’nya memiliki makna kebalikan dari الْبَحْرِ (laut) yakni daratan. Dalam kebanyakan ayat Al Quran kosakata الْبَرِّ  yang disandingkan dengan kosakata الْبَحْرِ  sudah dipastikan memiliki makna daratan. Namun jika الْبَرِّ  dikaitkan dengan Asma Allah, maka الْبَرِّ  dimaknai dengan makna sifat Allahالْبَرِّ  yang melimpahkan kebajikan.[13] Seperti dalam Q.S Ath Thuur 28 :
إِنَّا كُنَّا مِن قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ -٢٨
Sesungguhnya kami menyembah-Nya sejak dahulu. Dia-lah Yang Maha Melimpahkan kebaikan, Maha Penyayang.”

Penyebutan kosakata البر  dalam bentuk jama’ berupa الْأَبْرَارَ  seperti dalam  Q.S Al Infithar 13 :
إنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ -١٣
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam (surga yang penuh) kenikmatan”. Dalam ayat tersebut makna الْأَبْرَارَ  adalah orang-orang yang berbakti.

Penyebutan kosakata البر  dalam bentuk jama’ berupa بَرَرَةٍ  seperti dalam Q.S ‘Abasa 16:
كِرَامٍ بَرَرَةٍ -١٦
yang mulia lagi berbakti”. Dalam ayat ini makna بَرَرَةٍ  juga diartikan sebagai sifat berbakti.
Perbedaan antara jama’ بَرَرَةٍ  dan الْأَبْرَارَ, bahwasanya di dalam Al Quran jama’ بَرَرَةٍ  dikhususkan sebagai sifat dari malaikat. Sedangkan الْأَبْرَارَ  selain dari malaikat.[14]















BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Pada dasarnya setiap kosakata yang terdapat didalam al-Qur’an memiliki pesan makna yang terkandung didalamnya, akan tetapi dalam memahami kosakata tersebut tidak dapat dipahami begitu saja dengan terjemahan ataupun makna kamus, karena dibalik kosakata didalam al-Qur’an pasti menyimpan makna yang tersirat didalamnya seperti kosakata yang sudah dipaparkan diatas mengenai kosakata Amr, Amal, Bagyh, Bait, Birr dalam memahami kosakata Bait pada dasarnya kata Bait berarti bermalam akan tetapi berkembang menjadi rumah atau tempat tinggal, meskipun memilki arti demikian maka konteks bait juga harus di artikan berdasarkan susunan kalimat yang terdapat didalam al-Qur’an karena bait memilki makna yang berbeda tergantung syiyaqul kalam (konteks). Maka dari itu dalam upaya menafsirkan al-Qur’an harus cermat dan harus ditunjang dengan keilmuan yang mumpuni agar tidak merubah pesan yang terkandung dalam al-Qur’an.
B.     Saran
Didalam penulisan makalah ini, kami sebagai penulis makalah ini telah mencurahkan segala tenaga, upaya dan pemikiran kami untuk menyelasaikan penulisan makalah ini dengan sebaik-baiknya dan mendekati sempurna, agar dapat dikaji dan difahami oleh para pembaca. Namun tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Penulis menyadari akan kekurang sempurnaan dan kesalahan, oleh karena diharapkan kepada pembaca untuk mengkoreksi dan menelaah kembali makalah ini. Kami dengan senang dan sangat berterimakasih akan menerima segala kritik dan masukan untuk memperbaikinya lagi. Akhir kata sekian dari kami kurang lebihnya kami mohon maaf atas segala kurang dan khilaf, semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi seluruh pihak. 
DAFTAR PUSTAKA
Al-Isfahani, Raghib, Mu’jam Mufrodat li afadzil Qur’an. Beirut: Daar Ilmiyyah,    2004.
Al-Baqi, Muhammad Fuad, al-Mu’jam al-Mufahras li Afadzil Qur’an, Daar Fikr, 1981.
Munawwir, A. W. Kamus al-Munawwir Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997.
Qodirun, M Nur, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Pustaka Amin: Jakarta 2001







[1] Qodirun, M Nur, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, (Pustaka Amin: Jakarta 2001), hlm. 3.
[2] Ar-Raghib Al-Asfahani, Mu’jamu Mufrodati  Alfadzil Quran, (Beirut: Darul Fikr), hlm 20
[3] Ar-Raghib Al-Asfahani, Mu’jamu Mufrodati  Alfadzil Quran, (Beirut: Darul Fikr), hlm. 20-21
[4] Al-Munawwir, kamus Arab-Indonesia, hlm. 972.
[5] Raghib al-Isfahani, Mu’jam Mufroda li afadhil Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, tt), hlm. 360
[6] Fuad Abdul Baqi , Mu’jam Mufahras li afadhil Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, 1981, M), hlm. 593-599.
[7] Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al Mufahras li Afadz li al-Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, 1981, M), hlm 140-141.
[8] Raghib al-Isfahani, al-Mu’jam al Mufrodat li Afadz li al-Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, tt), hlm 66.
[9] Al-Munawwir, kamus Arab-Indonesia, hlm. 656
[10] Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al Mufahras li Afadz li al-Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, 1981, M), hlm 140-141.
[11] Raghib al-Isfahani, al-Mu’jam al Mufrodat li Afadz li al-Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, tt), hlm 63-64.
[12] Fuad Abdul Baqi, al-Mu’jam al Mufahras li Afadz li al-Qur’an, (Beirut, Dar al Fikr, 1981, M), hlm 140-141.
[13] Ashghar Ashfihany. Mu’jam Mufrodati Fi Alfadhil Quran. hal 114
[14] Ashghar Ashfihany. Mu’jam Mufrodati Fi Alfadhil Quran. hal 114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar