Minggu, 29 Oktober 2017

TAFSIR TEOLOGI

BAB I
PENDAHULUUAN
  1. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril. Al-Qur’an sebagai pedoman umat Islam memang sangat komplit dalam memberikan petunjuk bagi pemeluknya. Dalam memahami isi kandungan Al-Qur’an tidaklah mudah karena didalamnya banyak terdapat ayat-ayat yang kurang jelas maknanya sehingga untuk memahaminya memerlukan ilmu-ilmu yang lain, salah satunya adalah ilmu tafsir.
Peranan ilmu tafsir dalam memahami, menjelaskan dan menginterpretasi kandungan teks Al-Qur’an tidak perlu dipertanyakan lagi, namun bukan berarti menafikan disiplin ilmu-ilmu lain. Perkembangan tafsir sendiri terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan dan periode modern,[1] sehingga tidak dapat dipungkiri berkembangan epistemologi dari satu periode ke periode lain jelas berbeda. Pada periode pertengahan muncul berbagai macam corak penafsiran, sala satunya adalah corak tafsir teologi. Oleh karena itu makalah ini akan mencoba membahas Tafsir Teologi.
  1. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian tafsir teologi ?
2.      Latar belakang munculnya tafsir teologi ?
3.      Siapakah tokoh tafsir teologi ?
4.      Bagaimana tafsir teologi ?



BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Tafsir Teologi
Secara bahasa Tafsir Teologi merupakan susunan dua kata yaitu Tafsir dan Teologi. Tafsir sendiri secara bahasa istilah adalah menjelaskan, menyingkap makna dan menampakan makna yang belum jelas.[2] Sedangkan kata teologi menurut kamus besar bahasa indonesia pengetahuan ketuhanan ( mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan Agama, terutama berdasarkan kitab suci).[3] Teologi yang difokuskan dalam kajian ini adalah mazhab akidah dari mufassirnya seperti : Ahlussunnah wa al-Jama’ah, Mu’tazilah, Syi’ah dan lain sebagainya.
Sedangkan pengertian yang dimaksud dari tafsir Teologi adalah karakteristik penafsiran Al-Qur’an yang ditulis oleh kelompok ataupun orang-orang tertentu yang didalamnya memiliki substansi dasar teologis yang dimanfaatkan untuk mendukung, membela mazhab tertentu.[4]
Memahami pengertian diatas bahwasanya sudah ada gambaran bagaimana cara kerja tafsir teologi dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan nilai subjektivitas yang sangat kental sehingga  mengakibatkan adanya distorsi makna Al-Qur’an, karena seolah-olah Al-Qur’an hanya sebagai objek untuk menguatkan mazhab dari mufasirnya.


  1. Latar Belakang Munculnya Tafsir Teologi
Didalam sejarah perkembangan tafsir, tafsir corak teologi muncul pada periode pertengahan. Kurun waktu periode pertengahan cukup panjang  sekitar enam abad, yaitu pada abad ke II sampai VIII H. Pada periode ini merupakan periode keemasan bagi umat Islam didunia, sehingga disiplin keilmuan  berkembang  pesat, terbukti bahwa periode ini banyak sekali produk-produk tafsir yang dibukukan.[5]
Pada periode pertengahan inilah terjadi pergeseran epistemologi penafsiran yang mana Al-Qur’an hanya di jadikan legitimasi untuk memenuhi nafsu kepentingan kelompok-kelompok tertentu. Seperti kepentingan politik, mazhab ataupun ideologi.[6] Dampak yang signifikan dari pergeseran dari epistemologi diatas mengakibatkan timbulnya berbagai macam corak atau karakteristik penafsiran salah satuya addalah corak teologi.
Variasi corak penafsiran muncul pada masa dinasti Umayyah dan akhir dinasti Abbasiyyah. Ada beberapa gejolak yang melatarbelakangi munculnya tafsir teologi daintaranya yaitu : Gejolak Sekte, Gejolak Politik dan Gejolak Intelektual.
1.      Gejolak Sekte.
Gejolak sekte yang berkembang pada periode pertengahan sangatlah kental pada masa ini banyak sekali kelompok-kelompok tertentu yang sangat fanatis terhadap mazhabnya  sehingga demi membela mazhabnya banyak para ulama’ berlomba-lomba dalam membuat produk penafsiran yang sejalan dengan ideologinyasss sehingga tidak dapat dipungkiri truth claim pasti jelas melekat pada setiap kelompok yang berakibatkan saling mengkafirkan satu sama lain.
2.      Gejolak politik
Dari gejolak sekte tentu merambah pada dunia politik. Hal ini dibuktikan pada masa dinasti Abbasiyyah ketika masa pemerintahan khalifah Al-Ma’mun yang menetapkan paham Mu’tazilah sebagai Mazhab resmi negara pada abad ke-9. Pada masa pemerintahan ini adanya antagonistik antara sunni dan mu’tazilah sehingga adanya pemaksaan terhadap kelompok lain untuk mengikuti paham mu’tazilah yang telah resmi menjadi paham negara pada masa itu.
            3. Gejolak Intelektual
Selain kedua problema diatas jelas sekali gejolak intelektual tidak mungkin dapat dipungkiri, seiring dijadikannya paham Mu’tazilah sebagai mazhab resmi Negara sehingga mengakibatkan orang-orang awam yang notabenya memiliki kapabilitas intelektual yang masih rendah, banyak dari mereka yang memilih taklid terhadap sistem pemerintahan yang ada dan percaya sepenuhnya terhadap mazhab resmi. Sehingga dengan adanya taklid buta seperti itu mengakibatkan fanatisme yang sangat kuat terhadap sekte-sekte yang ada.
  1. Tokoh-tokoh dan Produk Tafsir Teologi
Tokoh dan produk dari Tafsir Teologi ini banyak sekali diantaranya adalah :
1.      Al-Kashaf a`n Haqa’iq al- Qur’an karya Abu al- Qasim Mahmud ibn Umar al- Zamaksyari (w.1144 M).
2.      Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Razi ( w.1209 M).
3.      Tafsir al-Qur’an karya Ali Ibrahim al-Qummi (w.929 M).
4.      Al-Tibyan fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad ibn al-Hasan al-Thusi (w.1067 M).
5.      Majma’ al- Bayan li U’lum al-Quran karya Abu Ali Fadll al-Thabarsi (w.1153 M).
6.      Al-Shafi fi Tafsir al-Qur’an karya Muhammad Murtadha al-Kasyi (w.1505 M).
  1. Contoh Tafsir Teologi
Contoh analisis terhadap corak tafsir teologi yang paling fenomenal dikalangan sekarang adalah Mafatih al-Ghaib dan Al-Kasyaf  kedua kitab ini sangat menarik untuk dilakukannya penelitian. Oleh karena penulis akan mencoba mendiskripsikan kedua kitab diatas sebagai bukti bahwa keduanya merupakan produk tafsir yang memiki dominasi kuat terhadap fanatisme mazhabnya.
1.      Mafatih al-Ghaib
Mafatih al-Ghaib adalah kitab fenomenal yang dikarang Muhammad bin Umar bin Usain bin As’an bin Ali at-Tamimi al-Bakhri al-Razi, yang sering kita kenal dengan sebutan Imam Fakhrudin al-Razi. Kitab ini juga sering dikatakan sebagai kitab tafsir teologi karena didalam beberapa penafsirannya sangat mendukung mazhabnya yaitu Ahlussunnah wa al-Jama’ah .
Adapun sebagian data-data yang diperoleh sebagai bukti teologinya Ahlussunnah wa al-Jama’ah adalah sebagai berikut:
1.    Data I. Qaum min ahli al-jahl wa al-ghaiy wa al-‘inad







                 



2.    Data II. Khawarij umat yang dholal.




3. Data III




Dengan memperoleh data-data yang telah diklasifikasikan, yang diperoleh dari kitab Mafatihul Ghaib, maka dapat disimpulkan bahwa pada persoalan madzhab kalam, Imam Ar-Razi dalam kitabnya menyebutkan bahwasanya yang dimaksud dengan Qaum min ahli al-jahl wa al-ghaiy wa al-‘inad  (golongan yang bodoh yang buruk, yang jelek) adalah golongan Mu’tazilah. Ini dibuktikan bahwa golongan muktazilah mengingkari ayat-ayat mutasyabihat, seperti “Alif Lam Min, dan fawatihussuwar lainnya”. Ketika corak penafsiran Ar-Razi adalah dengan mengutarakan pendapat-pendapat mufasir atau golongan lain, tapi ternyata kenyataannya bahwa Ar-Razi ketika mengutarakan pendapat dari golongan mutakalimin tentang ayat mutasyabihat, Ar-Razi menuliskan bahwasanya “Mutakallimin (Muktazilah) mengingkari qoul ini”. Dalam segi bahasa sudah dapat dilihat, bahwa penggunaan kalimat yang digunakan oleh Ar-Razi cenderung menegatifkan mutakalimin (mu’tazilah). Dan beliau juga secara jelas menyebutkan bahwa golongan Khawarij adalah sesat. Selain itu, beliau mencantumkan hadis yang diriwayatkan oleh bukan ahlul bait Nabi Muhammad. Otomatis, beliau bukanlah penganut faham Syi’ah (yang tidak mau meriwayatkan hadis selain dari Ahlul Bait). Sehingga dapat diketahui, bahwa dalam aliran kalam, beliau berfaham Sunni, atau yang lebih dikenal dengan Ahlu as-Sunah wa al-Jama’ah.[7]


2.      Al-Kasyaf  ‘an Haqaiq Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi wujuh at-Ta’wil.
Tafsir al-Kasyaf adalah kitab karangan Abu al- Qasim Mahmud ibn Umar al- Zamaksyari, atau yang familir kita tahu dengan sebutan Imam Zamakhsyari. Adanya statement bahwa kitab ini merupakan cerminan tafsir teologi memang sangat familiar dikalangan akademisi oleh karena itu penulis akan mencoba membuktikannya melalui data-data yang terdapat dalam kitab karanganya.
1.      Data I
        
2.      Data II
                                     
3.      Data III
              
                    



4.      Data IV
Berdasarkan pengumpulan data-data diatas dapat dibuktikan bahwa sanya  kitab Al-Kasyaf merupakan bentuk corak teologi, adapun data-data yang ada :
1.   Mufasir kitab ini jelas mengakui bahwa dirinya memang mu’tazilah.
2.   Dalam menafsirkan Al-Fatihah sebagai Ummul Qur’an beliau menjelaskan bahwa semua isi al-Qur’an sudah tekandung didalam surah al-Fatihah seperti pujian kepada Allah, menaati perintah dan larangan, janji dan ancaman dan lain sebagainya.
3.   Beliau berpendapat bahwasanya saudara-saudara seagama ( Mu’tazilah) adalah golongan yang selamat.
4.   Penafsiran Imam Zamakhsari dalam surah Al-An’am 103 memang sering dikaitkan dengan teologi mu’tazilah hal ini dikenakan mereka (Mu’tazilah memahami ayat tersebut bahwa Allah tidak dapat dilihat didunia maupun di akhirat.
  1. Karakteristik
1.      Pemaksaan terhadap Gagasan Al-Qur’an.
Seperti hal nya yang sudah dijelaskan panjang lebar diatas bahwa yang dimaksud dengan pamaksaan terhadap gagasan adalah banyaknya tafsir yang terbuai dengan kepentingan mufasir yang mengakibatkan Al-Qur’an harus menyesuaikan kehendak mufassir.[8]
2.      Bersifat Ideologis
Adanya cara berpikir yang condong terhadap ideology mazhab, sekte ataupun keilmuan dalam menafsirkan Al-Qur’an.[9]
3.      Bersifat Subyektif
Makna  penafsiran hanya dimiliki mufassir Al-Qur’an hanya sebagai objek. sehingga cenderung menafikan makna pengarang ( Murad al Mushannif ) seolah-olah makna teks milik mufasir.
4.      Bersifat Parsial
Dalam penafsirannya bersifat parsial hanya potongan ayat-ayat tertentu, tidak komplit sehingga harus mencari informasi tambahan untuk mangkajinya,[10]
BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Corak Tafsir Teologi merupakan cerminan penafsiran yang menonjolkan ideology mufassirnya sehingga dalam produk penafsirannya sangat kental akan pembelaan terhadap mazhabnya, Al-Qur’an sebagai sumber penafsiran hanya sebagai legitimasi untuk kepentingan mazhabnya. Kemunculannya sendiri sudah mulai sejak zaman akhir dinasti Umayyah dan awal Dinasti Abbasiyyah karena berbagai macam kegojolak yang terjadi pada masa itu sehingga mengakibatkan berbagai macam respon masyarakat dengan saling menguatkan ideologinya masing-masing, hal inilah merupakan cikal bakal munculnya berbagai macam corak penafsiran khususnya corak teologi.
Sedangakan bukti dari banyaknya produk penafsiran pada periode pertangahan ini menjadi symbol berkembangnya disiplin keilmuan hingga mencapai masa keemasan pada dunia islam.
             B. Kritik dan Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis sangat menyadari akan kekurangan dalam segala aspek, namun penulis telah berusaha mencoba memberikan bahan pembelajaran yang dapat menambah wawasan pembaca. Oleh karena itu penulis sangat membuka lebar kritik dan saran dari pembaca agar penelitian selanjutnya menjadi lebih baik. Kurang lebihnya penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya dan penulis selalu berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.


                                                DAFTAR PUSTAKA          
 Mustaqim, Abdul,  Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Yogyakarta : Adab Press, 2014
Mustaqim, Abdul, Epistemologi Tafsir Kontemporer, Yogyakarta : LKiS, 2010.
Zamakhsari, Al-Kasyaf  ‘an Haqaiq Ghawamid at-Tanzil wa ‘Uyun al-Aqawil fi wujuh at-Ta’wil, Riyadh : Maktabah A’bikan, 1998.

Musbikin, Imam, Mutiara Al-Qur’an, Madiun : Jaya Star Nine, 2014

Ar-Razi, Fakhruddin. 544. Tafsir al-Fakhr ar-Razi, al-Musytahir bi at-Tafsir al
Kabir wa Mafatih al-Ghaib. Daar al-Fikr: Lebanon.






[1] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 39
[2] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 3
[3] KBBI Online/daring (dalam jaringan) Kemndikbud, “ Teologi” diakses dari http://kbbi.web/teologi,diakses pada tanggal 21 Oktober 2016 pukul 00:35.
[4] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 121
[5] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 90
[6] Abdul Mustaqim,Epistemologi Tafsir Kontemporer, (Yogyakarta : LKiS, 2010), hlm. 46
[7] Zia al-Ayyubi, Makalah Penelitian al-Razi

[8] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 100
[9] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 101
[10] Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, (Yogyakarta : Adab Press, 2014), hlm. 109

Tidak ada komentar:

Posting Komentar