Minggu, 29 Oktober 2017

Gambaran Umum Kajian Orientalisme dalam Islamic Studies

Gambaran Umum Kajian Orientalisme dalam Islamic Studies
Disusun guna untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Pemikiran Hadis Orientalis









Disusun oleh :
M. Zia al-Ayyubi                    (15530057)
Muhammad Munif                  (15530076)
Lukmanul Chakim                  (15530078)
Kelas: IAT C

Dosen Pengampu:
Bapak Ali Imron S. Th. I, M. S. i


Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
2017


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kajian pemikiran orientalis menjadi salah satu topik yang menarik untuk dikaji. Pandangan dunia barat terhadap dunia timur memiliki daya tarik tersendiri yang begitu menggairahkan bagi generasi muda didunia barat, sehingga memunculkan hasrat untuk menggali lebih dalam perihal seluk beluk dunia ketimuran. Ketertarikan sarjana barat terhadap dunia timur secara eksplisit memberikan dampak positif bagi kita semua, akan tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa didalam keseriusan para orientalis mengakaji dunia timur secara mendalam, mereka juga memiliki motif untuk menghancurkan Islam secara perlahan. Banyak sekali orientalis yang memutar balikan fakta mengenai kebenaran-kebenaran ajaran Islam, sehingga berimplikasi pada keraguan bagi sebagian muslim yang memiliki keterbatasan pengetahuan, akan tetapi banyak juga orientalis yang memang berusaha mendalami Islam secara jujur dan benar-benar ingin mengetahui Islam secara obyektif.  Oleh karena itu dalam pembahasan kali ini pentingnya mengakaji pemikiran-pemikiran para orientalis sehingga memberikan pengetahuan bagi kita supaya menjustifikasi bahwa semua orientalis merupakan musuh besar bagi kita umat Islam.

B.         Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pembahasan makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut:
1.            Bagaimana Klasifikasi dari Orientalisme?
2.            Apa Faktor-faktor Pendorong dan Tujuan gerakan Orientalisme?
3.            Apa Jasa Orientalisme terhadap Islam?


C.         Tujuan Penulisan
1.            Untuk mengetahui Klasifikasi dari Orientalisme.
2.            Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong dan tujuan orientalisme.
3.            Untuk mengetahui Jasa Orientalisme terhadap Islam.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Klasifikasi Orientalisme
Sebelum membahas klasifikasi Orientalisme secara umum, perlu diketahui bahwa Orietalisme sendiri adalah susunan dua kata yaitu orient dan isme. Orient berarti timur sedangkan isme berarti faham.[1] Jadi jika menyebutkan orient adalah semua wilayah yang terbentang dari Timur dekat hingga jauh dan juga negara-negara yang berada di Afrika Utara dan Tengah. Menurut Abdul Haq Adnan Adivar mengatakan dalam bukunya “ Turkish Account of Orientalism”. Orientalis adalah suatu pengertian yang lengkap dimana dikumpulkannya pengetahuan yang berasal dari sumbernya yang asli yang berkenaan dengan bahasa, agama, kebudayaan, sejarah, kesusasteraan yang berada di Timur.[2] Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa orientalis adalah orang-orang barat yang giat mengumpulkan ilmu pengetahuan yang berasal dari Timur akan tetapi bukan tidak mungkin orang timur sendiri terjun kedalam golongan Orientalisme.
Secara garis besar orientalis dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok besar. Pertama, Kelompok Moderat ( Non Skeptis). Kedua, Kelompok Ekstrem ( Skeptis).
1.      Orientalis Moderat ( Non-Skeptis)
Kelompok Orientalis yang mempelajari keilmuan timur dan keislaman secara ilmiah dan jujur, moderat dalam memberikan penilaian, demi mencari kebenaran, bahkan sampai memeluk Islam. Orientalis Moderat sendiri terbagi menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang berpegang teguh dalam dalam penelitiannya dengan prinsip keilmuan, penuh kejujuran dan bersikap apa adanya. Kedua, Kelompok yang senantiasa berkomitmen terhadap keilmuan dan setelah melakukan penelitian mereka mendapat hidayah sehingga masuk Islam. Adapun Tokoh-Tokoh yang termasuk  dalam aliran Orientalis Moderat kelompok pertama diantaranya Reenan, Jenny Piere, Carl Leil, Tolstoy.
Tokoh Orientalis Moderat kelompok kedua dimana mereka merupakan orang-orang yang mendapat hidayah Allah SWT hingga memeluk Islam. mereka adalah Lord Headly, Ethan Deneeh, Dr Greeneh.[3]
2.      Orientalis Ekstrem ( Skeptis)
Orientalis Ekstrem merupakan aliran Orientalis yang dikenal menyelewengkan kebenaran dan melakukan penyimpangan dalam memahami kajian Timur dan ajaran Islam serta tidak tematik dalam penelitiannya. Adapun tokoh-tokoh yang termasuk dalam aliran ini seperti A.J Arberry, Alfred Geom, Baron Carrade Vaux, Ignaz Goldziher, Josep Schacht, A J Vensink, Hanry Lammens dan masih banyak tokoh-tokoh lain.[4]
B.     Faktor-faktor Pendorong dan Tujuan Orientalisme
Adapun faktor-faktor pendorong yang melatarbelakangi para orientalis dalam mengkaji studi ketimuran adalah sebagai berikut :
1.      Faktor Agama
Faktor agama merupakan motif utama bagi para orientalis dalam menjalankan misi mereka, yakni pada saat pendeta dari agama Nasrani, melihat umatnya yang dalam jumlah besar masuk agama Islam. Kemudian mereka melihat kemajuan dan keunggulan yang telah dicapai kaum muslimin, yang meliputi militer kaum muslimin, peradaban yang dimiliki umat Islam yang mempunyai pengaruh dalam menipiskan akidah umat Nasrani. Sehingga pada akhirnya, mereka memandang Islam sebagai musuh bagi agama Nasrani.
Dalam penyerangannya terhadap agama Islam, mereka menggambarkan bahwasanya agama Islam adalah bentuk agama yang apatis dan tidak mampu mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, para orientalis juga mempunyai tujuan untuk menciptakan sebuah kajian untuk membuat jiwa menjadi lemah dan merasa pesimis dalam pribadi-pribadi umat islam dan bangsa timur lainnya ketika mempelajari agamanya. Mereka juga mencari celah dari kejelekan umat Islam, untuk kemudian dipublikasikan sebagai sebuah kenyataan yang dimaksudkan untuk memperlemah akidah umat Islam.[5]
2.      Faktor Imperialisme dan kolonialisme.
Faktor yang melatarbelakangi orang-orang untuk mempelajari dunia Timur salah satunya adalah sebab dunia Eropa tidak putus asa atas kekalahan yang mereka derita dalam perang salib, tujuannya adalah untuk kembali menjajah bangsa Arab selaku negara yang identik dengan Islam. Oleh karena itu, mereka mempunyai kecenderungan untuk mempelajari hal-hal yang menyangkut tentang negara-negara tersebut, baik dari segi akidah, kesusasteraan, etika dan sumber-sumber kekayaan alam, agar mereka dapat mengetahui titik-titik lemah, dan titik kekuatan negara Islam yang harus dilumpuhkan.[6]
Untuk membuat impian mereka benar-benar terwujud, para orientalis berusaha mempelajari keadaan negara yang akan dijajahnya, dan kemudian menghilangkan nilai-nilai sejarah kebangsaan mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam memecah belah persatuan negara yang akan dijajahnya. Dengan cara apapun, mereka ingin merampas sumber daya, hak kemerdekaan, mengikis persatuan tanah air di dunia Timur, demi kejayaan dunia Baratnya.
3.      Faktor Politik
Melihat kebutuhan politiknya yang salah satunya melegalkan imperialisme dan kolonialisme, disini dapat terlihat bagaimana memang ada sekelompok orientalis yang ditugasi oleh pejabat negara mereka. Sehingga dalam kajian mereka tidak murni ingin mengenal dunia ketimuran. Dengan cara tersebut mereka akan dapat menjalankan kepentingan-kepentingan politik yang menguntungkan bagi mereka.


4.      Faktor keilmuan  
Hanya sekelompok kecil dari para orientalis yang murni melakukan kajian ini sebab ingin benar-benar mempelajari dunia Timur, khsusnya kajian keislaman. Faktor keilmuan tentu berarti mempunyai tujuan untuk mempelajari kebudayaan manusia, agama, bahasa, dan ilmu pengetahuan. Sehingga presentase kesalahpahaman mereka ini terhadap kajian islam lebih sedikit dari pada kelompok orientalis lainnya, sebab mungkin para orientalis di sini dengan ketertarikannya dari diri sendiri yang ingin mengenal bagaimana dunia Timur dan kajian keislaman. Dan di faktor inilah orientalis memberikan sumbangsih yang besar terhadap kajian keislaman.
            Mereka para orientalis secara jujur dalam menelaah literatur-literatur Islam sebagai sebuah kebudayaan dan peradaban. Sehingga tidak menutup kemungkinan, faktor inilah yang telah membuka lebar-lebar ruang kekeliruan, serta kesalahan dalam memahami Islam.[7]

            Adapun orientalisme mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Di antara tujuannya adalah sebagai berikut:
1.      Memurtadkan kaum muslim dari agamanya sendiri, dengan cara memutus dan memecah belah jamaah mereka kepada kelompok-kelompok kecil yang saling membenci satu sama lain.
2.      Melemahkan rohani umat Islam dan menciptakan perasaan selalu kekurangan dalam jiwanya, untuk kemudian membawa mereka pada sikap pasrah dan tunduk kepada kehendak serta arahan orang-orang Barat.
3.      Menutup-nutupi kebenaran dan kebakan ajarannya, supaya masyarakat awam menganggap bahwa Islam sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Oleh karenanya tidak layak untuk dijadikan pedoman hidup. Hal ini adalah sesuatu yang paling berbahaya yang selalu dipropagandakan para orientalis dan misionaris.
4.      Mendukung segala bentuk penjajahan  terhadap negara-negara Islam dan melaksanakan segala bentuk perlawanan terhadap Islam itu sendiri.
5.      Memisahkan kaum muslim dari akar-akar kebudayan Islam mereka yang kuat dari sumber-sembernya yang asli serta menghancurkan nilai-nilai dasarnya, untuk menghancurkan keberlangsungan individu, masyarakat, jiwa, dan akal pikiran kaum muslim.[8]
6.      Mempelajari Islam dan kaum muslim secara ilmiah dan jujur, moderat dalam memberikan penilaian, demi mencari kebenaran, bahkan sampai masuk Islam.[9]

C.    Jasa Orientalis terhadap Islam.
Para orientalis telah dapat mengabdikan dirinya pada pembahasan-pembahasan keilmuan. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya adalah: kebaikan dari kawan-kawan senegerinya (bangsanya) untuk memberikan harta dan kesempatan, adnya perpustakaan-perpustakaan yang penuh dengan hasil pembahasan dan manuskrip yang sukar didapat, dan para orientalis tersebut sebelumnya telah mengenal keadaan Timur dan Barat.
Sudah barang tentu, setiap pembahasan mereka mempunyai corak ketelitian, penelelitian yang luas perbandingannya, memakai buku-buku yang pokok dan manuskrip-manuskrip, pembuatan indeks-indeks yang kesemuanya ini tidak didapat pada kitab-kitab Arab kuno. Penyiaran mereka terhadap manuskrip-manuskrip terbitan yang rapi dan dilengkapi penjelasan-penjelasan serta indeks-indeks persoalan, tempat nama-nama cukup memudahkan bagi orang yang akan melakukan sebuah pembahasan atau penelitian.
Orang-orang orientalis juga terkenal dengan penelitiannya dalam bahasa Arab, penemuan-penemuan dari berkas peninggalan kono di negeri Arab. Ternyata penemuan-penemuan tersebut telah banyak mengubah teori-teori sejarah dan pendapat-pendapat yang telah banyak beredar. Hasil-hasil penelitian mereka menjadi pegangan bagi para ilmuwan-ilmuwan di negeri Aran dan Islam. Adapun karya terbesar yang dipersembahkan oleh para oerientalis adalah Encyclopedia of Islam, di mana mereka bekerja sama dan saling membantu dalam menerbitkannya. Hasil kerjasamanya dengan ilmuwan dan sarjana-sarjana dari Timur ini membuahkan hasil yang mempunyai peran penting dalam kajian Islam.[10]



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Orientalisme adalah suatu pengertian yang lengkap di mana dikumpulkan pengetahuan yang berasal dari sumbernya yang asl yang berkenaan dengan bahasa, agama, kebudayaan, sejarah, kesusteraan, yang berada di Timur. Kegigihan para orientalis dalam menjajaki paradigma pengetahuan Timur sangat besar sekali, hal ini dapat dibuktikan dari perjalanan awal mula kertertarikan degan dunia Timur yang sudah muncul sejak abad 10 hingga abad 20, bahkan masih terus berkembang hingga sekarang. Secara garis besar, orientalis sendiri dibagi menjadi tiga, yakni orientalis yang bermadzhab skeptis, orientalis yang bermadzhab sanguin, dan orientalis yang bermadzhab non-skeptis. Bukti faktual yang dapat dikaji yang merupakan hasil dari pemikiran para orientalis yakni adanya pemikiran-pemikiran orientalis yang berupa kritikan-kritikan dari berbagai bidang keilmuan dunia Timur, seperti bahasa, sastra, kebudayaan, bahkan agama dalam bentuk buku-buku, ataupun majalah, artikel, dan sebagainya. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa peran orientalis dalam khazanah pengetahuan dunia sangat besar sekali.

B.     Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah mencurahkan segala tenaga, upaya, dan pemikiran penulis untuk menyelesaikan penulisan makalah ini dengan sebaik-baikya, agar memperoleh hasil yang mendekati sempurna. Agar dapat dikaji dan difahami oleh pembaca. Namun tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, penulis menyadari akan adanya kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, diharapkan kepada pembaca untuk mengkoreksi dan menelaah kembali makalah ini. Penulis dengan senang dan sangat berterimakasih dan akan menerima segala kritik dan masukan untuk memperbaikinya lagi. Akhir kata, sekian dari penulis, atas kurang dan lebihnya, penulis ucapkan mohon maaf. Semoga makalah ini dapat membawa manfaat bagi seluruh pihak.



DAFTAR PUSTAKA

Bathh, Hasan, 2004, Anatomi Orientalisme Menguak Tujuan dan Bahaya Orientalisme serta Cara Umat Islam Menghadapinya, Yogyakarta: Menara Kudus Yogyakarta.
Hanafi, Ahmad, 1981, Orienalisme Ditinjau Menurut Kacamata Agama, Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Muin, Umar, 1978, Orientalisme dan Studi Tentang Islam, Jakarta: Bulan Bintang.
Rauf, Hasan Abdul, dan Ghirah, Abdurrahman, 2007, Orientalisme dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya.    
Said, Edward W, 2010, Orientalisme Menggugat Hegemoni Barat dan Menundukkan Timur Sebagai Subjek, diterjemahkan oleh Achmad Fawaid, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.




[1] Muin, Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), hlm. 7.
[2] Muin, Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam, hlm. 7.
[3] Hasan Abdul Rauf dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme Dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.33-34.
[4] Hasan Abdul Rauf dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme Dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, hlm 39-40
[5] Dr. Hasan Bathh, Anatomi Orientalisme Menguak Tujuan dan Bahaya Orientalisme serta Cara Umat Islam Menghadapinya, (Jogjakarta: Menara kudus Jogjakarta, 2004), hlm. 46.
[6] Dr. Hasan Bathh, Anatomi Orientalisme Menguak Tujuan dan Bahaya Orientalisme serta Cara Umat Islam Menghadapinya, (Jogjakarta: Menara kudus jogjakarta, 2004), hlm. 52.

[7] Hasan Abdul Rauf dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme Dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 16.

[8] Hasan Abdul Rauf dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme Dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 18-19.
[9] Hasan Abdul Rauf dan Abdurrahman Ghirah, Orientalisme Dan Misionarisme Menelikung Pola Pikir Umat Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 30.
[10] A. Hanafi, Orientalisme Menurut Kacamata Agama, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1981), hlm. 17-18.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar