Minggu, 13 Desember 2015

First Bromo

Touring Bromo 2014



Sekilas tentang Gunung Bromo
Gunung bromo terletak di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) atau berada di antara tiga kabupaten yaitu: Malang, Pasuruan dan Probolinggo.
Akses untuk bisa sampai ke gunung Bromo bisa ditempuh dari tiga kabupaten tersebut, dari jalur Malang bisa ditempuh dari daerah tumpang, untuk jalur Pasuruan dari daerah Tosari-Penanjakan dan untuk jalur Probolinggo bisa ditempuh dari daerah Tongas-Cemoro Lanang.
Penduduk asli pegunungan Bromo disebut suku tengger yang konon pada jaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah penduduk pribumi kebingungan untuk mencari tempat tinggal hingga pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yang pertama menuju ke gunung Bromo, kedua menuju Bali. Ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai 2 kesamaan yaitu sama – sama menganut kepercayaan beragama Hindu. Disebut suku Tengger di kawasan Gunung Bromo, Nama Tengger berasal dari Legenda Roro Anteng juga Joko Seger yang diyakini sebagai asal usul nama Tengger itu. “Teng” akhiran nama Roro An-”teng” dan “ger” akhiran nama dari Joko Se-”ger” dan Gunung Bromo sendiri dipercaya sebagai gunung suci. Mereka menyebutnya sebagai Gunung Brahma. orang Jawa kemudian menyebutnya Gunung Bromo.

Bromo dengan background gunung Semeru
 
Kudus-Bromo
Rencana touring Kudus-Bromo memang telah kami rencanakan jauh hari sebelum liburan Sekolah dan akhirnya pada tanggal 24 Juni 2014 baru terealisasi, tepatnya sehari setelah Ziarah+Rekreasi ke Pamijahan dan Jakarta. Rasa lelah setelah perjalanan selama empat hari belum sepenuhnya terobati dengan waktu istirahat yang lumayan singkat, kemudian kami berangkat untuk melanjutkan ziarah ke makam –makam Auliya di daerah jawa tengah dan jawa timur yang belum sempat kami ziarahi dengan berkendara sepeda motor yang kemudian kami teruskan ke Bromo.
Hari pertama
Tepatnya pukul 01.00 dinihari perjalan dimulai, Start dari kudus sepuluh anggota “TOUR de BROMO” yaitu : Inul, Ayus, Arul, Ryan, Ni’am, Arafat, Munif, Wafa, Mada dan tentunya Saya sendiri ‘Kang Miftah’ mengendarai lima sepeda motor beriringan hingga sampai ke Makam Mbah Sambu (Sayyid Abdurrahman Basyaiban) Lasem tepat pukul 02.30WIB. Setelah ziarah dan bertawassul ke makam Mbah Sambu dan para Masyayikh yang disemayamkan disekitar makam mbah sambu diantaranya adalah Kyainya para Kyai Yaitu simbah Kyai Ma’shum sampai kira-kira jam 04.00WIB kami melanjutkan perjalanan ke Kota Tuban dan Shalat Shubuh didaerah Jenu, lalu dilanjutkan dengan acara Ziarah ke Makam Sunan Bonang (Syeikh Makhdum Ibrahim) dan sejenak melepas penat yang menggeliat dimasjid Agung Tuban sampai kira-kira jam setengah delapan kami cabut dari Alun-alun Tuban menuju Paciran-Lamongan.
Masjid Agung Tuban-setelah ziarah Sunang Bonang
09.00WIB kami tiba didaerah Paciran Lamongan tepatnya di Makam Sunan Drajat (R. Qosim), Kami tidak Langsung Ziarah ke makam Beliau karena Cacing-cacing diperut Ni’am dan Riyan sudah mulai melakukan demo, ditambah lagi mata kami semua sudah mulai meredup hingga 2,5watt saja yang tersisa, mau tidak mau Kami harus memenuhi tuntutan-tuntutan cacing perut yang sudah mulai ribut, Sarapan itulah tuntutan mereka.. kenyang itu yang kami rasa, dan yang paling akrab dengan kenyang selain ngantuk adalah tidur, apalagi setelah  delapan jam perjalanan dan akhirnya diputuskan untuk memejamkamkan telinga, ups.. pejamkan mata maksudnya, hingga waktu dhuhur masuk satu persatu dari kami bangkit dari pusara masing-masing (hehee..)  Ziarah pun kami laksanakan dengan khidmat dan Khusyuk (atau mungkin ngantuk) dilanjutkan dengan shalat dhuhur+ dan kami pun siap kembali berpacu dari Lamongan menuju Kota Gresik. Menuju Makam Sunan Giri didaerah Kebomas Kota Gresik kami menempuh jalur Solokuro-Sukodadi dan begitu memasuki Kota Lamongan Kami terjebak dalam kemacetan yang lumayan padat merayap dan ada sedikit insiden yang membuat kami sempat melakukan senam jantung yaitu saat sepeda motor yang dikendarai Arul dan Riyan tergelincir diperlintasan kereta, namun Alhamdulillah tidak sampai terjadi apa yang tidak kami harapkan dan tiba dimakam Sunan Giri dengan selamat tepat pukul 16.00WIB, mengingat waktu yang sudah mulai menyambut petang Ziarah Sunan Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel kami jamak dimakam Sunan Giri dan kira-kira pukul 17.15WIB kami berangkat menyusuri Surabaya-Sidoarjo-Pasuruan, dan begitu sampai di Pandaan kami memutuskan untuk mampir ke rumah neneknya Ainul yang berada di daerah Keraton Pasuruan sekalian cari makan GRATIS serta istirahat sejenak, tepat pukul 20.00WIB kami sampai dikediaman sang nenek dan dapat dipastikan teh hangat mengalir ditenggorokan kami dan Nasi pecel dengan telor ceplok kami sapu bersih karena semua pasti hafal diluar kepala dengan motto kami “Kebersihan Sebagian dari Iman”. (Hemmm.. jadi kelihatan nich kalo udah kenyang, dalilnya begitu lantang…) Penyakit Gawan Bayi (bawaan dari bayi) yang mengidap sebagian besar dari kami satu persatu mulai kambuh, begitu kenyang ngantuk pun datang. Dimulai dari Riyan yang terkapar diteras disusul Munif yang tak berdaya diatas Sofa dan akhirnya semua melayang meninggalkan Alam sadarnya hanya tersisa saya yang masih terjaga karena Asyik bercengkrama dengan Budhenya si Ainul, rencana semula kami akan bertolak dari pasuruan menuju Malang jam 23.00WIB namun lelah yang telah begitu dominan Akhirnya saya pun ikut menyusul ke alam mimpi dan begitu bangun ternyata waktu sudah menunjukkan 03.30 dinihari, dan kami baru ingat ternyata belum shalat Maghrib dan Isya’. Bergegas kami menunaikan Shalat setengah jam sebelum adzan Shubuh berkumandang.
Hari kedua
Selepas Shubuh seraya menunggu sarapan disiapkan kami bersiap-siap untuk kembali memacu Motor-motor kami menuju Bromo, Meskipun ini perjalananku menuju bromo untuk yang kedua kalinya namun lewat jalur pasuruan tetaplah kali pertama bagi saya, karena perjalanan yang pertama pada saat tahun baru 2012 via jalur malang-tumpang, jadi tiada sedikitpun rasa bosan hinggap walau sekejap dalam benakku. 
kawasan Tosari-Pasuruan
Dari Keraton tepat jam 06.00 kami melaju dengan kecepatan antara 60-70km/jam lewat Pasar dowo  dan tak kurang dari dua jam kami telah sampai di Tosari gerbang masuk TNBTS jalur Pasuruan, dan kami sedikit terkejut dengan tarif masuk yang lumayan Mahal, karena setahu saya tarif HTM taman Nasional Bromo Tengger Semeru tidak lebih dari Rp.10.000/Orang dan ternyata memang berlaku sejak 14 Februari 2014 HTM ke TNBTS naik menjadi Rp. 27.500/Orang dan motor Rp.5000/sekali masuk, jadi total biaya yang harus kami keluarkan untuk sepuluh orang dan lima sepeda motor harusnya Rp.300.000, namun untung ditengah perjalanan ada penduduk setempat yang berbaik hati mau menolong kami untuk bernegosiasi dengan penjaga pos pemantau dan kami disuruh mengaku keponakannya, dan setelah negosiasi yang lumayan lama kira-kira 10 menit akhirnya disepakati total HTM Rp.150.000, disepanjang perjalanan di Tosari sampai ke Penanjakan tiada henti-hentinya mata kami disuguhkan pemandangan yang membuat mata kami enggan untuk sekedar mengedipkan mata, udara yang begitu sejuk dan kanan kiri terlihat keindahan panorama yang membiaskan indahnya sang pencipta, awan yang bergulung laksana ombak seolah-olah nampak berada dibawah dibawah kami. Subhanallah.. Alhamdulillah.. Allahu akbar.. tiada henti-henti kami mengagumi dengan lantunan dzikir didalam hati, tepat dipersimpangan antara jalur menuju lautan pasir dan penanjakan kami berhenti untuk membeli kaos tangan karena hawa dingin mulai terasa menusuk hingga ke sum-sum tulang, dan pemandangan gunung bathok yang tepat berada disebelah kawah bromo mulai Nampak, dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan kami semua mengabadikan momen dengan view background Gunung bathok dan Bromo dan tampak berdiri kokoh dibelakangnya puncak tertinggi tanah jawa sang Mahameru.
Pose dulu di Penanjakan sebelum View Point
sebelum sampai di view point kami sejenak mampir di Mushala dengan taman yang begitu asri dan menyempatkan diri untuk ber-selfie dengan Background lautan awan yang sangat menawan dan pegunungan kota Batu dan Gunung Arjuno yang Nampak dari kejauhan, tak selang beberapa lama kami melanjutkan naik ke penanjakan tepatnya di view point, dan dari view point kami dapat memanjakan mata dengan eloknya pemandangan gunung-gunung yang mengelilingi lautan pasir, ditengah-tengah berdiri dengan sangat megahnya gunung bathok dan kawah bromo serta rumah-rumah yang Nampak berjajar rapi disekitar cemoro lanang. 
Mushalla Mandiri-sebelum View Point
Meskipun satu jam lebih kami berada di view point penanjakan belum juga kami terpuaskan akan keindahan alam yang tersajikan.
Suasana view point-Penanjakan
Keterbatasan waktu memaksa kami harus meninggalkan penanjakan sebelum terpuaskan untuk menuju ke kawah Bromo, turun menuju kawah bromo kami melintasi jalan beraspal yang sangat curam dengan kemiringan hampir mencapai 80 derajat, dan melintasi Lautan pasir yang kerap kali membuat ban motor kami slip dan hampir tergelincir, selama hampir 30 menit akhirnya kami sampai dikaki gunung bromo.
Kaki gunung Bromo dengan background view gunung Batok
Dikaki gunung Bromo kita dapat melihat parkiran Jeep yang berjejer dan persewaan kuda yang berada didekat Pura Luhur poten, setelah memarkir kendaraan selangkah demi selangkah kami menapaki anak tangga yang akan mengantarkan kami menuju kawah bromo, aroma kawah yang khas dengan belerangnya begitu menyengat rongga hidung, masker kembali terpasang dan sampailah kami diatas gunung bromo dan langsung menyaksikan kawah yang masih aktif dan terus mengeluarkan asap, cukup lama kami berada diatas puncak bromo untuk mengambil gambar dan kami sempat bertemu dengan turis dari Malaysia dan juga ada yang dari eropa.
Bersama Turis Malaysia dan Eropa
 
puncak Bromo
woiiiii pada liatin apaan tuh..?
 Setelah dirasa cukup puas kami turun lalu pulang menyusuri Lautan pasir, pasir berbisik dan bukit Savana yang banyak orang menyebut ‘Bukit Teletubbies’ karena memang bukit-bukit yang indah tersebut sangat mirip dengan background film anak-anak yang diperankan oleh Tinky winky, Dipsy, Lala dan Poo tersebut. Dan tanpa menyia-nyiakan kesempatan semua hape kembali diaktifkan untuk pengambilan gambar dan tak ketinggalan pula inul dan niam berpose ala tinky-winky:“berpelukaaaaaaan….”
Terimalah cintaku mblo....!!! Hahaaa..
Waktu telah beranjak senja, memaksa kami harus segera mencari tempat untuk merebah dan bermanja, menghimpun kembali seluruh tenaga, dan akhirnya kami semua mampir ke salah satu teman didaerah Bululawang Malang sebelum akhirnya kami kembali ke kudus pada keesokan hari.
Savana-Teletubbies Hills
Hari ketiga
Sudimoro kecamatan Bululawang Kab. Malang tempat kami singgah dan menjajah rumah salah satu teman kami cak Roni, ruang tamu penuh dan kami melebar hingga ke teras, selepas makan malam kami kembali terbang dalam mimpi indah, tidur pulas karena dekapan rasa lelah, tiada kami hiraukan guyuran hujan yang mebuat kami basah, kami tetap lelap dalam mimpi malam itu. Hingga subuh datang dan masing-masing dari kami bangkit menunaikan ibadah.
Kopi mengawali cerita pagi ketiga, kemudian episode dilanjut dengan sarapan, sebelum kami melanjutkan perjalanan pulang. Tepat jam 09.30WIB kami beranjak menuju Kota batu dan singgah ke pemandian air hangat Cangar dan berada diperbatasan Malang-mojokerto hingga waktu menunjukkan pukul 16.00 kami lanjutkan menuju salah satu rumah teman kami Zufar yang berada di kota Lamongan, ditengah perjalanan masih disekitar Cangar Arafat yang waktu itu berboncengan dengan Ayus tiba-tiba nyungsep diantara semak-semak, dan untungnya tidak banyak kendaraan yang berlalu-lalang dan tidak jatuh ke aspal, sehingga tidak begitu parah dan Cuma lecet-lecet yang tidak begitu menghambat perjalanan kami menyusuri hutan-hutan daerah pacet Mojokerto hingga sampailah kami di Lamongan pukul 19.00 dan acara dilanjutkan dengan Halaqoh Qohwiyah di Langgar Panggung sampai pukul 22.00 dan dilanjutkan menuju Bojonegoro menghampiri Kahyangan Api untuk Acara Bakar-bakar Ayam yang sebelumnya sudah disiapkan oleh mbah Khotib. Dari kahyangan api kami kembali ke kediaman mbah Khotib sudah hampir subuh, dan setelah subuh kami tidur untuk memulihkan tenaga lalu Sarapan agak siang dan pamit menuju kudus melalui jalur Bojonegoro-jatirogo-Pamotan-Lasem dan sampailah kami dikudus sekitar pukul 13.30WIB. 

Terimakasih buat semua anggota team Dete on Vacations 2014
-          Mada (Demak)
-          Ayus (jepara)
-          Arul (Jepara)
-          Inul (Jepara)
-          Munif (Grobogan)
-          Riyan (Jepara)
-          Wafa (Kudus)
-          Ni’am (Demak)
-          Arafat (Pati)
Matur suwun juga buat
-          Cak Roni (Malang) atas penginapan, makan malam dan sarapan gratisnya
-          Mbah Khotib (Bojonegoro) atas bakar ayam di kahyangan apinya. dan Zufar atas Kopi panggungnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar